Sebuah Cerita Bodoh dari Bapak Telur Indonesia Bob Sadino

 



    Telur ayam adalah makanan penting di Indonesia, Di hari ini, telur sudah menjadi makanan sehari-hari yang berperan penting sebagai sumber protein murah, yang bagus untuk pembentukan, petumbuhan dan perbaikan di semua fungsi bagian tubuh. DI Indonesia sendiri, pada tahun 2022 tercatat menghabiskan konsumsi 6,3 kilogram telur ayam perbulan perkapita atau setara 115 butir, Artinya 1 orang dewasa bisa menghabiskan 3 butir telur dalam satu hari.

Namun jika kamu kembali, di awal zaman kemerdekaan sebuah telur itu adalah makanan yang mewah, bahkan di beberapa cerita, satu telur rebus harus dibagi 4 untuk makanan satu keluarga. Tapi masalah itu berubah oleh orang ini, yaitu Bambang Mustari Sadino seorang pengusaha keturunan jawa asal lampung yang biasa disebut bob sadino.

Semua itu berawal pada 1970, dimana Bob dan keluarganya datang ke Kemang, Jakarta setelah bertahun tahun bekerja di Belanda. Ia mencoba berbisnis sewa mobil mercedes tapi karena kecelakaan akhirnya ia bangkrut dan kemudian menjadi kuli bangunan dengan bayaran 100 rupiah per harinya. Ia yang awalnya punya hidup yang mapan terpaksa jatuh 180 derajat.

Hingga suatu hari, ia bertemu seorang pensiunan Jenderal Angkatan Darat Sri Mulyono Herlambang. Jendral itu berkata “Kenapa kamu gak coba berbisnis ayam saja ?”. Bob yang terdengar nasehat itu kemudian memperhatikan ayam peliharaanya. Ia melihat ayam yang menjadi pelarian dari depresinya karena kegagalan dalam berbisnis. Ia melihat ayam tersebut berkeliling di halamannya dan mampu mencari makannya sendiri. Dari hal itulah hati Bob tergerak.

            Ia melihat peluang “Kenapa telur ayam di Indonesia berbeda dengan telur ayam di eropa ?” Kalau kita perhatikan telur ayam di belanda punya ukuran yang lebih besar dari Indonesia. selain itu ayam telur negri punya siklus bertelur setiap 28 Jam sedang ayam negri hanya 2 atau 3 kali dalam seminggu.

Kemudian, masalah utama muncul. Bob tidak tahu harus memulai dari mana ? Bob yang menyadari keterbatasan pengalaman dan pengetahuan akhirnya menelepon temannya di belanda untuk mengirim majalah peternakan ke Indonesia. Bermodalkan buku tersebut, bob berhasil memproduksi 5KG telur. 3kg telur ia jual dan 2kg disimpan oleh istrinya dan Tantangannya baru saja dimulai.

Bob kemudian mulai menjual telurnya ke tetanggannya, ia mampir ke setiap rumah, kanan ataupun kiri. Dari pintu ke pintu berikutnya, tapi semua sia-sia. Semua warga menolak karena telur itu telihat aneh di mata mereka sebab telur negri adalah hal yang tidak lumrah. Ia sempat putus asa hingga ia mendatangi sebuah rumah, ia mengetuk pintu tersebut dan ketika pintu terbuka. Ia melihat orang belanda. Dengan pengalamannya dan kemahirinnya dalam bahasa inggris ia menawarkan telur tersebut ke bule itu. Bule itu terkejut karena itu adalah telur yang biasa ada di belanda. Bule itu akhirnya membeli telur bob dan itulah awal dari kisahnya. Bob akhirnya mengetahui kemana menjual telur tersebut. Jika orang lokal bukan pasarnya maka bulelah pasarnya.

Setelah sukses menjual telurnya ke pasar bulenya, bob tidak berpuas diri. Ia berpikir bagaimana caranya agar telurnya bisa diterima oleh kalangan luas. Kemudian. Ia mendengar bahwa dirinya dicap jelek oleh ibu-ibu di sana karena dianggap sebagai pelayan orang asing. Bob punya ide gila, suatu ketika ia menjual 2 Kg telur kepada ibu yang paling julid di kampungnya, dan ternyata telur itu adalah telur busuk yang sengaja bob masukkan

Tentu hal itu, yang bikin ibu itu marah-marah dan jelas dengan cepat rumor jelek itu menyebar ke seluruh kampung. Bob dengan santai bilang jika ia akan mengganti 1 kg telur busuk 10x lipat. Bob menyebut hal itu adalah garansi dan komitmen dari telur yang ia jual. Hal itu adalah awal dari telur negri akhirnya bisa dikenal masyarakat luas di hari ini.

Selain beberapa tahun, bisnis telur bob melejit. Bob kemudian yang memperkenalkan sistem penanaman hidroponik pada sayur-sayuran. Mendirikan Kem Chicks supermarket modern di Tahun 1970an, Kemfood sebagai pelopor industri daging olahan di tahun 1975. Dari sini kita belajar bahwa pemikiran out of box dan inovasi mampu mengakselerasi pertumbuhan bisnis. Belajar dari Bob, jika warga lokal tidak menerima produkmu mungkin bule lah pasarnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi kertas Kehidupan

Filosofi Mentalitas Sepeda Habibie

Tiga Jenis Filosofi Tanda Tanya