Ada Arjuna Solo di Balik Buaya

 

Ketika menjelang akhir masa SMA, ada orang Solo dari sekolah musuh buyutan sekolah saya yang pindah ke sekolah saya. Jika dibilang sekolah tersebut sudah menjadi saingan abadi di antara para petinggi sekolah.

Namun, siapa sangka. Alasan dia pindah jauh-jauh dari Serpong ke Malang itu hanya agar bisa ikut les IPS karena di sekolah asalnya tidak bisa mengikuti les dari pihak luar. Alasanya ini kadang membuat saya jengkel karena sudah menjadi alasan umum kami anak sosial yang tidak suka kepada anak sains yang mengambil alih jurusan yang seharusnya buat kami.

Namun, alasan itu yang kadang membuat saya sedih karena hal itu menunjukkan seberapa tidak kompetennya diri saya yang beralasan tersebu. Padahal jika ia pindah maka ia perlu lebih banyak kerja keras dan waktu yang tidak sedikit untuk mempersiapkan tes perguruan tinggi walaupun sebenarnya karena dia satu les dengan saya dan saya sering bertanya kepada dia terhadap apa yang tidak bisa saya mengerti.

Sebagai anak sains yang berasal dari sekolah ternama peninggal BJ Habibir, dia tidak bisa dipandang remeh karena apapun materi yang diajarkan bisa ia terima dengan mudah dan waktu singkat, juga nilai hasil try out-nya sudah bisa membantai nilai saya dan teman-teman saya dengan mudahnya. Bahkan teman gadis yang telah ambis sejak awal kelas 11 saja sudah bisa ia salip dan itu membuat ia menjadi saingan saya walaupun kemenangan saya hanya sekitar nol persen dari semua yang saya adu dengannya.

Walaupun dia baru pindah sekolah tapi ada hal-hal lain yang membuat hampir setiap laki-laki iri kepadanya. Bayangkan baru beberapa bulan ia pindah sudah banyak hati gadis yang sudah ia pikat dan tidak tanggung-tanggun dengan gadis yang ia pikat adalah salah satu idola sekolah yang saingannya bukan main-main. kadang saya merasa cemburu dengannya karena ia sudah bisa dekat dengan gadis yang sebenarnya ... kalian bisa tebak sendiri !!!

Sebenarnya tidak salah jika ia sudah dijuluki buaya karena banyak gadis yang terpikat dengannya sebab dia adalah orang yang hampir ahli di berbagai bidang, mulai pandai di berbagai macam mata pelajaran, musik,, hingga bermacam-macam olahraga. Apa dayaku yang waktu smp tidak suka olahraga serta payah jika bicara soal yang namanya gadis.

Sebenarnya hal diatas hanyalah basa-basi belaka karena bukan hal itu yang ingin saya ceritakan tapi rasanya lega setelah melampiaskan masa lalu yang terbilang cukup suram.

 Awal dari hal luar biasa terjadi ketika ia pindah menjadi penghuni tetangga saya dan mulai sejak itu kami sering berbicara banyak hal. Beruntung bagi saya karena ada teman seperjuangan yang menemani saya berjuang dalam meraih almamater yang sama dan saya ingin bilang maaf karena telah gagal di SBMPTN.

Saya masih ingat dengan malam yang tenang di tengah perkotaan tapi kami bisa belajar bersama yang selalu ditemani dengan gelas berisi minuman hangat walaupun belajar pelajarannya sedikt tapi bicara soal wawasanya itu lebih banyak.

Jauh dari sosok yang dibilang cukup sempurna itu, cukup terlambat bagi saya menyadari akan sesuatu padanya dan mungkin ini akan terlihat gombal tapi itu bukan yang saya maksud.

Insting saya berkata bahwa dia itu hanyalah pemuda biasa tapi apa yang membuat ia terlihat istimewa membuat saya kadang bertanya-tenya. Jawaban dari pertanyaan itu terlihat dari matanya, saya meyakini akan sesuatu yang ada dibalik mata dan jika saya sadar kenapa banyak sekali orang dekat denganya itu maka hal itu dimulai dari matanya.

 Matanya itu bukan dari orang polos tapi dia terasa seperti seorang veteran yang penuh tragedi dan jika anda tanya seperti apa kehidupannya itu seperti apa, maka saya yakin dia itu seperti seorang remaja biasa seperti yang lain, lantas apa yang membuat dia bisa terlihat luar biasa ? Jawabannya adalah cara pandangnya.

Bagaiamana ia memandang ? Dia memandang seseorang itu seakan-akan orang lain istimewa dan tidak peduli dengan latar belakang dari orang-orang yang dia hadapi. Ketika kita mengubah cara pandang kita maka kita akan melihat hal-hal yang mungkin tidak kita lihat atau dibilang itu adalah sisi-sisi unik dari sebuah bagian kehidupan. Cara pandang seperti hal itu sudah dia lakukan sejak lama karena semua perilakunya itu penuh dengan respek yang tinggi.

Cara pandang ini pun juga tidak mudah untuk dilatih karena kita butuh bertemu berbagai karakter orang dengan berbagai latar belakang dan berinteraksi dengan mereka. Bukti dari ia melakukan ini, ketika kami pernah jalan untuk membeli pulsa dan kami pernah bertukar ide-ide dan ada baiknya tidak diceritakan. Cara dia menangapi ide-ide terasa sangat antusia walaupun bisa dibilang ide tersebut konyol.

Di mulai dari cara pandang hingga alam bawah sadar ini membuat cara berperilakunya itu terbilang hanya beberapa orang yang bisa saya temui. Mungkin ini terdengar konyol tapi dari cara ia berbicara dengan yang lain hampir tidak menunjukkan keegoisan sama sekali atau bisa dibilang rendah hati dan malah membuat lawan berbicarnya itu nyaman, maka tidak salah jika banyak gadis yang nyaman dengannya.

Lantas apa buktinya ? Selama waktu singkat yang kami jalani, cara ia berbicara dalam pembicaraan langsung maupun lewat media sosial itu sangat jarang dalam menggunakan kata “Aku” dan ia lebih sering menggunkan kata “pasif” yang fungsinya kalau dalam bahasa inggris itu untuk berbicara dengan sopan dan lembut walaupun dalam bahasa inggris itu tidak ada kata halus seperti dalam bahasa jawa.

Saat menyadari hal ini, rasanya merinding menulis sesuatu yang seperti ini. Apakah mungkin benar mitos dari penyair yang selalu merinding ketika mendongengkan tetang kewibawaan dan kejayaan yang ada di masa lampau ?

  Saya sangat berterima kasih kepadanya karena dari hal ini membuat cara menulis saya dan berbica saya ubah semuanya. Pecaya atau tidak percaya semua tulisan dan cerita dari hari-hari di MAN itu adalah hal yang biasa tapi dilihat dari sudut pandang yang tidak biasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi kertas Kehidupan

Filosofi Mentalitas Sepeda Habibie

Tiga Jenis Filosofi Tanda Tanya