Warisan dari Lentara Sang Penulis

 


    Jika ada yang bertanya kenapa saya ingin menulis ? Maka ada sebuah motto menulis saya yaitu “ Slice of my life will be the rest of my life.” dimana hal-hal yang pernah saya alami harus menjadi peninggalan yang bisa bermakna tanpa terikat dengan waktu. Hal ini karena saya menemukan sebuah definisi “Sukses” yang berbeda dari yang lainnya, hal ini saya pelajari dari seorang pengasuh saya yang telah menjadi mentor saya secara tidak langsung.

    Kalau anda ingin tahu seperti apa beliau maka ada ciri khas yang melekat pada beliau dan mohon maaf karena hal paling mudah diingat adalah hal yang menjengkel karena saya adalah manusia normal yang mudah mengingat hal-hal buruk dari seseorang.

    Hal yang masih mudah diingat dari beliau adalah langkah jalannya yang di atas normal atau kecepatan langkahnya itu berada dikecepatan di atas rata-rata. Langkah beliau sangatlah cepat walapun itu dalam keadaan santai. Sering sekali saya kesulitan mencoba mengikuti langkah yang cepat beliau itu terasa seperti lari kecil dan kadang saya berpikir seberapa cepat jika beliau berlari dengan kecepatan penuh ?

    Beliau adalah seorang yang sangat teliti dan ketelitiannya itu sangat diluar dari seorang manusia. Siapapun yang berkonsultasi dengannya kalau sudah yang namanya kaidah dalam penulisan maka siap-siap dengan ribuan coretan yang penuh dengan koreksi, bahkan hal yang tidak tertulispun bisa jadi bahan koreksi seperti spasi, letak tulisan dan banyak hal lainnya.

    Sudah mejadi rahasia umum dalam dunia perkuliahan bahwa kita harus bisa memilih Tiga golongan yaitu orang yang nilai tinggi, orang yang aktif organisasi, orang yang banyak pergaulan, dan orang yang bisa itu semua adalah golongan bukan manusia. Maka kesimpualan saya beliau adalah golongan bukan manusia.

    Dalam pengalaman organisasi saya dalam naungan beliau, beliau adalah lulusan terbaik dari perguruan tinggi pendidikan ternama di Malang. Apakah dia anak culun ? jawabannya tidak karena yang namanya relasinya itu bisa ke mana saja dan bukan orang kaleng-kaleng. Jika anda tanya pengalaman aktivitasnya maka ia pernah mengapdi di Thailand sebagai sukarelawan mengajar. Apakah beliau jomblo ? Jawabannya bisa iya bisa tidak karena beliau punya banyak pengalaman kalau urusan gadis dan kadang hal itu membuat saya terasa iri.

    Mungkin terlalu lama perkenalannya tapi saya ingin menyatakan kalau beliau adalah manusia langka yang menjadi sebuah keberkahan bagi saya tapi saya baru sadar setelah lulus. Ada sebuah pertanyaan bagi saya tentang beliau, kenapa beliau masih tetap ingin menjadi seorang tenaga pendidikan. Padahal sebagai seorang lulusan terbaik magister bahasa arab seharusnya ia bisa menjadi seorang penerjemah bahasa asing yang gajinya itu bisa lebih tinggi ditambah lagi kalau urusan TOEFL pun beliau menjadi salah satu yang diandalkan.

    Sampai saat ini saya belum bertanya alasan sebenarnya beliau tapi dari beliau, saya melihat sebuah hal yang tidak pernah saya mengerti sebelumnya. Setiap orang di dunia ini ingin sekali mendapat predikat yaitu “Sukses” dan sayapun juga ingin mendapatkanya tapi melihat seorang jenius mebuat saya terus bertanya-tanya.

    Sering sekali saya membaca biografi orang-orang sukses yang menjadi panutan dan langkah-langkah mereka lakukan. Saya mulai menyadari bahwa kata “Sukses” ini kenapa terjadi pada satu generasi contohnya kenapa Bill Gates sangat dikagumi tapi anaknya sama sekali tidak dipandang sekali. Dari sini saya berpikir, apakah ada “Sukses” yang terus berlanjut ke generasi berikutnya dimana setiap generasi punya kisah hebat mereka masing-masing.

    Sejak saat itu, saya punya pendapat tetang kegagalan terbesar orang sukses. Kegagalan terbesar orang sukses itu buka ketika mereka gagal yang awalnya berada tapi kembail ke nol kembali tapi kegagalan terbesar orang sukses adalah tidak bisa menjadi generasi berikutnya menjadi lebih baik dari mereka dan orang yang mengalami hal tersebut, saya sebut sebagai kesuksesan jangka pendek.

    Mohon maaf tidak bermaksud menghina, saya melihat banyak tokoh besar yang gagal meneruskan generasi yang lebih hebat dari dirinya. Sering saya bertanya apakah ada seorang narator yang lebih hebat Ir Soekarno ?  Apakah ada anak bangsa yang lebih jenius dari B.J Habibie ?

    Sedangkan orang-orang yang sukses dalam jangka panjang adalah orang yang bisa melahir orang yang lebih hebat darinya. Contohnya, dalam sejarah dunia ada Socrates filsuf dunia yang mendidik filsuf yang namanya tidak asing yaitu Aristoles yang pengaruhnya begitu luas dalam tatanan hukum dunia Dalam tokoh nasional kita ambil Hos Cokroaminato yang menjadi guru Ir Soekarno. Nanum, yang menjadi pertanyaan adalah apakah Soekarno dan Aristoles berhasil mendidik orang yang lebih hebat dari mereka ??? 

    Dalam pengamatan saya pada beliau hanya dua cara untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam hal ini yaitu mendidik dan menulis. Lewat mendidik beliau ajarkan hal-hal yang sama sekali tidak tertulis seperti atitude dan lewat tulisan beliau ajarkan lewat sebuah pengalaman yang mungkin hanya beliau sendiri yang bisa melewatinya agar orang-orang yang tidak mengalaminya bisa mengerti apa yang sebenar beliau ketahui.

Ada hal lain yang belum sempat saya tulis karena banyak hal yang bisa saya amati dan akan saya sambung di artikel lain.


Komentar

  1. Waw, that was amazing. Thank you in advance. Mudah-mudahan dapat terus menebar manfaat di mana pun berada ya. Semangat Ilham juga pasti bisa sukses. Aamiin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi kertas Kehidupan

Filosofi Mentalitas Sepeda Habibie

Tiga Jenis Filosofi Tanda Tanya