Arti dari Sebuah Proses Mendapatkan Nilai D yang Tidak Lulus

   

Sumber Gamber : Photo Public Domain

    Saya punya sebuah pengalaman tidak menyenangkan dalam sebuah mata kuliah di Universitas yang dimana saya harus mengulang mata kuliah tersebut di tahun ajaran depan. Hal yang membuat saya tidak suka adalah ketika saya yang aktif di kelas dengan bertanya dan berdiskusi harus mendapatkan nilai yang tidak memuaskan yaitu D sedangkan teman saya yang tidak banyak melakukan mendapatkan nilai B.

    Hal inilah yang membuat saya begitu benci dengan dosen yang mengajar saya walaupun saya mengaguminya. Ada rasa dendam tersendiri ketika mendengar namanya saja dan saya mengerti kenapa mahasiswanya membencinya. Saya tidak akan membahas tentang detail tetapi saya ingin mengubah kemalangan ini menjadi sebuah tulisan yang mungkin bisa menghasilkan beberapa rupiah.

    Ketika saya mendapatkan Nilai D untuk pertama kalinya saya merasa lemas melihat huruf yang sebenarnya saya bodoh amat akan hal tersebut tetapi karena harus mengulang itulah yang menjadi masalah utamanya. Dapat C saja saya sudah cukup, dapat B itu adalah gambaran nilai saya sebenarnya, dan nilai A adalah sampah karena itu tidak ada artinya bagi universitas yang tidak ternama.

    Nilai B yang berasal dari universitas ternama akan lebih berarti dari pada nilai A dari universitas pinggiran di mata perusahaan kecuali ada persyaratan administrasi dengan minimal tertentu. Hal yang saya maksud adalah bagaimana dari proses mendapat nilai tersebut. Beberapa orang harus mati-matian mendapatkan nilai C karena keterbatasan fasilitas maupun kemampuannya sedangkan beberapa dengan mudah mendapatkan nilai A karena bakat serta fasilitas yang dimiliki. Sebuah perbedaan inilah yang membuat kenapa ada yang namanya sebuah kecemburuan karena perbedaan usaha serta nasib.

Nilai yang dihasilkan adalah sesuatu yang objektif tetapi proses dari peralihan dari sebuah nilai itu adalah subjektif. Setiap orang punya cara masing-masing dari mendapatkan nilai yang mereka inginkan tetapi mereka harus tahu mayoritas orang-orang itu hanya melihat hasil yang diperoleh. Banyak orang yang menghargai ketika seseorang itu sukses daripada seseorang itu gagal, semua kesalahan dari orang sukses akan menjadi pesan moral ketika diceritakan tetapi semua kesalahan dari orang yang gagal hanya akan menjadi kebodohan yang tidak berguna.

Banyak orang-orang menganggap bahwa sebuah kertas berisi nilai dari ijazah itu tidak menentukan kesuksesan dan beberapa menganggap nilai itu tidak ada akan dibawa mati tetapi hal yang perlu diingat adalah pengalaman dari mendapat nilai yang akan menjadi kemampuan dan pengetahuan dan proses dari baik atau buruknya mendapat sebuah nilai itu yang akan dipertanggung jawabkan ketika mati.

Mungkin ketika anda membaca ini, tulisan ini seperti sebuah pelarian dari kegagalan dan mencoba dari pembenaran. Hal itu tidak sepenuh salah karena ada rasa kecewa yang ingin saya tulis dan saya mencoba menerima kenyataan yang ada. Walaupun ada rasa marah yang selalu menyelimuti dari kesalahpahaman ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi kertas Kehidupan

Filosofi Mentalitas Sepeda Habibie

Tiga Jenis Filosofi Tanda Tanya