Webnovel / Light Novel Si Kilat Biru Chapter 2 : Sepiring Ikan Bakar


 “Berita terkini, Muncul seekor makhluk buas di wilayah utara yang hilang kendali di mana ada sekitar 5 orang tewas dan 17 orang luka-luka. Pihak angkatan darat masih melakukan penyelidikan atas tragedi peristiwa tersebut.” Ungkap seorang wanita berpakaian jazz pink.

         Beberapa saat kemudian, diputarkan sebuah rekaman video amatir tentang tragedi tersebut. Dimana terekam bangunan-bangunan yang hancur dengan kobaran api dan terlihat beberapa orang yang melarikan diri pada malam hari. Terdengar suara gemuruh dan raungan keras dari arah kobaran api. Kemudian, terlihat bayang-bayang kucing besar yang melompat dari kobaran api ke arah perekam tersebut.

“Wah .... Wah .... ini bukan berita bagus !” Ungkap Mr Tao yang melihat berita tersebut.

“Aku pergi dulu Mr Tao.” Pamit Drio meninggalkan toko tersebut.

         Saat pamit, Drio melihat seseorang dengan rambut gelombang dan jenggot tipis secara diam-diam mengambil sebotol anggur. Ia dengan santainya mengambil botol dan menyembunyikannya di sebuah tas kain coklat yang rusuh. Drio yang melihat gelandangan tanpa atasan itu berusaha untuk menghentikannya.

“Maling !!! Maling !!! Maling !!!” Teriak Drio.

         Mendengar hal tersebut, Gelandangan itu langsung berlari meninggalkan toko Mr Tao. Ia langsung pergi menuju kerumunan orang-orang untuk menghilangkan jejak. Tanpa pikir panjang, Drio langsung menyusulnya. Dia melihat ke kanan kemudian ke kiri untuk mencari ke arah mana orang tersebut berlari.

         Drio mencoba mengingat-ngingat wajah orang tersebut dimana ia memiliki kulit coklat kemerah-merahan dan sekujur tubuhnya terlihat rambut-rambut halus yang tumbuh. Pria itu memiliki badan berisi dengan perut bencut dengan lengan gempal. Dia mempunyai ciri khas dimana ada sebuah bekas luka bakar yang ada di lengan atas kanannya.

         Kemudian ia menaiki Toko Mr Tao dengan memanjat bolongan-bolongan dinding dari toko tersebut. Dari atas Drio mengamati wilayah tersebut, dia dapat melihat orang-orang yang berlalu lalang  dengan cepat. Melihat pemukiman yang tidak teratur dimana jemuran baju dari kaos hingga pakaian dalam menghalangi pemandangan.

         “ Ah itu dia .....!”

         Akhirnya Drio melihat pria gelandangan tersebut yang berjalan bersama keramaian orang-orang. Dia dengan santainya menikmati botol anggur hasil curiannya tanpa ada rasa penyesalan sambil tertawa kegirangan. Kemudian, Drio melompat turun ke bawah dan ia merasakan rasa getaran yang menyakitkan ketika melompat ke bawah.

         Drio langsung mengejar orang tersebut, badannya yang ramping membuat ia dapat dengan mudah melewati kerumunan orang-orang yang ada disana. Hal aneh pun terjadi dimana saat Drio berusaha berlari lebih cepat entah kenapa orang tersebut dapat berjalan lebih jauh dari dirinya. Setelah berusaha keras, ia akhirnya dapat mendekati pria tersebut dan secara spontan Drio berteriak.

         “Maling, pria itu adalah maling !.”

         Drio pun langsung mendorong pria tersebut dari belakang sehingga membuat mereka berdua terjatuh. Keduanya terbaring di tanah sambil dibasahi oleh cairan anggur yang tumpah dari botol yang dibawa oleh pria tersebut. Drio pun mencoba memegang lengan dari pria tersebut dan tiba-tiba seseorang memukul wajah Drio dan membuatnya terlempar.

         Drio tergeletak di tanah dan membuat badannya terasa begitu lemas. Rasanya menjadi begitu sunyi tertutup oleh suara dengungan dari kedua tangannya. Pandangannya terlihat buram dan ia melihat orang-orang yang ada di sekitarnya menghampiri dirinya. Semua terlihat begitu lambat ketika waktu tersebut berjalan.

         “Tolong ! Anak ini mencoba untuk merampokku !” terdengar suara secara samar-samar.

         Drio mencoba untuk bangkit dengan kedua tangannya tetapi seseorang menendang dari belakang pundaknya sehingga membuat ia jatuh kembali. Dia kemudian batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya ketika sebuah sepatu menghantam tepat di bagian pinggangnya. Entah kenapa ia merasakan rasa sakit dari seluruh tubuhnya dimana pukulan dan tendangan datang bertubi-tubi.

“Mati kau ....”

“Rasakan ini anak sialan ...”

“Dasar laknat ...”

         Itulah suara yang terdengar secara samar-samar sebelum kemudian ia hanya bisa mendengar suara detakan jantungnya yang semakin pelan. Matanya semakin buram dan sangat sulit untuk tetap melihat tatapan kebencian dan pelampiasan dari orang-orang di sekitarnya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dan badannya pun kini sudah tidak merasakan apa pun. Kemudian semua berubah menjadi gelap gulita, tak ada apa pun yang ada hanya ruang kosong berwarna hitam.

         “ Apakah aku sudah mati ?” kalimat tersebut terlintas dalam pikiran Drio

         Di dalam ruang yang gelap, Drio melihat sebuah cahaya kecil yang lama-lama membesar dan semakin silau. Ia melihat seekor ikan bandeng bakar hangat dengan bumbu kecap manis melapisi kulit ikan yang gurih kecokelatan beberapa potong timun yang siap untuk di santap. Ia ingin malam ini dapat makan enak bersama keluarga kecilnya.

 “ Zap ....” Terdengar suara aliran listrik.

“Aku harus makan ikan bakar !” Teriak Drio       

         Teriak Drio yang kemudian langsung membuka mata dan bangkit mencoba untuk lari dari kondisinya saat ini. Orang-orang masih menghantamnya dari segala arah tetapi Drio masih mencoba merayap. Ia  bergerak baju dengan kedua tangannya walaupun ia merasakan begitu perihnya tangannya  yang diinjak-injak.

         Drio kemudian mencoba bangkit dan merangkak secara perlahan. Orang – orang yang melihat hal itu langsung menendang badan Drio sehingga membuat ia terlempar menghantam tembok. Dia terlempar keluar kerumunan orang-orang disana, Drio yang menyadari hal tersebut langsung berlari sekuat tenaga dengan seluruh badannya yang terluka.

“ Kejar si bocah hitam itu !” Teriak orang-orang disana.

         Orang-orang yang berada di depan Drio mendengar hal itu langsung mencoba menangkapnya dengan melompat ataupun meraih dengan tangannya. Drio dengan lincahnya mencoba menghindari orang-orang tersebut. Ia berbelok kanan kiri sambil memutar badannya dan melompat seolah-olah ia berdansa dalam sebuah irama lagu.

“ Aku mendapatkannya !.” Teriak seseorang yang berhasil merangkul Drio dari belakang.

         Gerakan Drio semakin lambat dan kakinya terasa berat dengan beban orang yang merangkulnya. Rasa perih semakin menjadi-jadi saat orang-orang datang menangkapnya dan menyentuh lukanya. Drio berteriak sekencang-kencangnya karena rasa nyeri dari seluruh tubuhnya yang tidak terkendali.

         Langkah Drio terhenti, dimana ia tak kuasa menahan beban orang-orang yang berhasil merangkulnya. Orang-orang disana merasa heran karena Drio masih berdiri tegak dengan kedua kaki walaupun seluruh tubuhnya penuh luka dan memar. Kemudian Drio menghirup nafas sambil menutup mata, lalu dia melepasnya sambil menatap ke depan dan berlari membebaskan diri. Orang – orang tak kuasa menahan Drio dan membuat mereka melepas pegangannya karena ada rasa kejutan listrik di tubuh mereka.

         Drio Pun terus berlari ke depan tak memedulikan ke arah mana ia harus berlari. Semua rintangan akan dia lalui tanpa pikir panjang walaupun seluruh badannya berkeringat bercampur dengan darah. Satu-satunya yang ada dalam benak pikirannya adalah untuk terus berlari sejauh kaki ini masih mampu untuk berlari tidak peduli dengan rasa perih atau nyeri.

         Hingga Drio terjatuh dan membuat badannya menghantam tumpukan kayu. Ia mendengar suara nafas berat dan denyut jantungnya yang begitu kencang. Drio merasa tenggorokannya begitu kering dan rasa sakitnya telah kalah dengan rasa lelahnya. Ia tidak mampu untuk bangkit, matanya perlahan-lahan menutup. Dalam pandangan buram tersebut ia melihat seseorang berdiri dan mencoba untuk mendekati dirinya.

Bersambung ...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi kertas Kehidupan

Filosofi Mentalitas Sepeda Habibie

Tiga Jenis Filosofi Tanda Tanya